Buku "Contemporary Developments in Indonesian Islam: Explaining the
'Conservative Turn' yang diedit Martin van Bruinessen pada tahun 2013
ini sangat menarik. Tesis utama yang ingin ditunjukkan dalam buku ini
adalah bahwa paska kejatuhan Suharto, wacana keislaman di Indonesia
telah dikendalikan oleh kelompok konservatif Muslim. Jika sebelumnya,
wacana dan kajian Islam Indonesia lebih diwarnai oleh kajian Islam yang
progresif dan liberal, maka saat ini wacana kajian keislaman lebih
diwarnai oleh kajian Islam yang konservatif.
Untuk membuktikan
tesis tersebut, 4 kajian hasil penelitian dipaparkan. Pertama, kajian
Moch Nur Ichwan memaparkan bagaimana fatwa-fatwa MUI lebih condong untuk
mendukung kelompok konservatif dan menentang kelompok progresif dan
liberal, seperti fatwa MUI tentang haramnya sekularisme, pluralisme dan
liberalisme, fatwa haram nikah beda agama, serta fatwa sesatnya
Ahmadiyah. Kedua, kajian Ahmad Najib Burhani tentang perubahan wajah
Muhammadiyah dari wajah yang mendukung pemikiran kritis dan terbuka pada
masa Amin Rais dan A. Syafii Maarif, hingga wajah yang konservatif pada
masa M. Din Syamsuddin. Ketiga adalah kajian Mujiburrahman tentang
upaya KPPSI di Sulawesi Selatan untuk menerapkan syariah Islam, serta
keempat kajian Muhammad Wildan tentang perkembangan Islam konservatif
dan radikal di Solo, dengan jaringan pesantren Ngruki.
Walaupun
wacana kajian keislaman di Indonesia saat ini lebih banyak didominasi
kelompok konservatif, van Bruinessen masih melihat bahwa kajian Islam
yang lebih progresif masih ada di beberapa titik, pusat kajian dan NGO,
seperti di UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta, Paramadina, Rahima, JIL,
Maarif Institute dan Wahid Institute. Pertanyaannya kemudian, apakah
kelompok ini akan bisa bertahan dan mewarnai kembali wacana keislaman di
Indonesia. Wait and see.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar