Selasa, 06 Januari 2009

Ujian Komprehensif 6 Januari 2009

Hari ini ada empat mahasiswa Ulumul Qur'an program beasiswa Departemen Agama yang mengikuti ujian lisan komprehensif. Tema-temanya menarik, ada yang menulis tentang rasm Utsmani apakah tauqifi atau ijtihadi, hermeneutika Muhammad Syahrur, tafsir al-Qur'an Ahmadiyah, dan kisah al-Qur'an menurut Muhammad Ahmad Khalafallah. Tema-tema ini berkaitan dengan tesis-tesis yang ditulis.
Sebelum mengikuti ujian komprehensif, mahasiswa diminta untuk mengajukan tiga tema berikut literaturnya yang berkaitan dengan aspek pemikiran Islam, institusi Islam, dan sejarah dan perkembangan modern dalam Islam. Tentu saja tema dan literatur yang diajukan masing-masing mahasiswa berbeda antara satu dengan yang lainnya, karena interes mereka berbeda. Proses dan ujian ini tentu saja akan membantu mereka dalam penulisan tesis/disertasi, karena mereka akan mengetahui peta keilmuan di sekitar tema yang ditulis berikut literatur-literaturnya. Yang cukup merepotkan sebetulnya adalah membuat soal yang komprehensif sesuai tema yang diajukan, untuk setiap mahasiswa. Setelah mengajukan tema-tema beserta daftar bacaannya, mahasiswa kemudian menjawab soal-soal ujian komprehensif secara tulis dan lisan.
Tentang rasm Utsmani misalnya, si mahasiswa mengajukan tema lembaga pentashih al-Qur'an dan respon sarjana Muslim terhadap pandangan orientalis di sekitar sejarah teks al-Qur'an. Diskusi dan tanya jawab yang berkembang dalam ujian lisan adalah apa kriteria yang dirujuk oleh lembaga pentashih al-Qur'an untuk memberikan label tashih pada suatu mushaf, kenapa suatu mushaf dilarang dan yang lainnya diterima. Kenapa mushaf Al-Qur'an Berwajah Puisi yang disusun H.B. Jassin dengan Sirajuddin AR sebagai penulis teks al-Qur'annya tidak mendapatkan restu? Apakah Lembaga pentashih al-Qur'an merepresentasikan sesuatu (mazhab, paradigma, tradisi, ideologi dll), sehingga produk-produknya merupakan hasil dari representasi tersebut. Bisakah lembaga tersebut dianggap sebagai suatu institusi yang netral dan obyektif?
Selanjutnya, siapa yang dimaksud dengan Orientalis, apakah pandangan orientalis sama, dan kenapa? Respon sarjana Muslim terhadap karya Orientalis selama ini lebih bernuansa teologis atau akademis.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, membuat mahasiswa untuk berusaha kembali menggali dan mengklarifikasi jawaban-jawaban yang selama ini diberikan, baik dalam ujian tulis dan lisan, dan tentu untuk kepentingan penulisan tesisnya.
Intinya, kita perlu mengetahui dan memahami apa yang ditulis dan to read between the lines.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar