Senin, 18 November 2013

Conservative Turn dalam Wacana Keislaman di Indonesia

Buku "Contemporary Developments in Indonesian Islam: Explaining the 'Conservative Turn' yang diedit Martin van Bruinessen pada tahun 2013 ini sangat menarik. Tesis utama yang ingin ditunjukkan dalam buku ini adalah bahwa paska kejatuhan Suharto, wacana keislaman di Indonesia telah dikendalikan oleh kelompok konservatif Muslim. Jika sebelumnya, wacana dan kajian Islam Indonesia lebih diwarnai oleh kajian Islam yang progresif dan liberal, maka saat ini wacana kajian keislaman lebih diwarnai oleh kajian Islam yang konservatif.
Untuk membuktikan tesis tersebut, 4 kajian hasil penelitian dipaparkan. Pertama, kajian Moch Nur Ichwan memaparkan bagaimana fatwa-fatwa MUI lebih condong untuk mendukung kelompok konservatif dan menentang kelompok progresif dan liberal, seperti fatwa MUI tentang haramnya sekularisme, pluralisme dan liberalisme, fatwa haram nikah beda agama, serta fatwa sesatnya Ahmadiyah. Kedua, kajian Ahmad Najib Burhani tentang perubahan wajah Muhammadiyah dari wajah yang mendukung pemikiran kritis dan terbuka pada masa Amin Rais dan A. Syafii Maarif, hingga wajah yang konservatif pada masa M. Din Syamsuddin. Ketiga adalah kajian Mujiburrahman tentang upaya KPPSI di Sulawesi Selatan untuk menerapkan syariah Islam, serta keempat kajian Muhammad Wildan tentang perkembangan Islam konservatif dan radikal di Solo, dengan jaringan pesantren Ngruki.
Walaupun wacana kajian keislaman di Indonesia saat ini lebih banyak didominasi kelompok konservatif, van Bruinessen masih melihat bahwa kajian Islam yang lebih progresif masih ada di beberapa titik, pusat kajian dan NGO, seperti di UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta, Paramadina, Rahima, JIL, Maarif Institute dan Wahid Institute. Pertanyaannya kemudian, apakah kelompok ini akan bisa bertahan dan mewarnai kembali wacana keislaman di Indonesia. Wait and see.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar